Nabi Uzair bin Imron Abdulloh

Nabi Uzair bin Imron Abdulloh
Bitoqoh

Nabi Isa Bin Maryam Hamba Alloh

لاإلـــــــــه الا إلله
محـمد رســــــول الله عزيـر بن عمران عـبد الله
عيـسى بن مريـم عبـد الله أم مريـم امـــــة الله
هـي ليـست بالصـاحبــة علـيهم صـــــلاة الله

Minggu, 20 April 2014

IMAN, ISLAM & IHSAN



Pada saat Malaikat Jibril bertanya tentang konsep Iman, Islam dan Ihsan, Rasulullah SAW menjawab :
”Bahwa Iman ialah hendaklah Engkau mengimankan Allah, Malaikat Allah, Kitab kitab Allah, para Uusan Allah, Hari Qiyamat, dan mengimankan Taqdir, adalah ketentuan Allah.
Islam ialah hendaklah engkau bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang patut disembah melainkan Alloh, dan nabi Muhammad adalah Utusan Alloh, mendirikan Sholat, Menunaikan Zakat, berpuasa Romadhon, dan berangkat Haji bila telah mampu.
Ihsan yaitu hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seperti engkau melihatNYA, apabila tidak bisa demikian ,maka sesungguhnya Alloh melihat engkau”.
Melihat makna Hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari diatas, Iman berarti kepercayaan hati dibarengi dengan membenarkan segala apa yang disampaikan Rasululloh. Islam berarti kepatuhan dan penyerahan lahiriyah dengan mengucapkan kalimat syahadat. Dan Ihsan berarti, kejernihan dan keihlasan hati beribadah karena Alloh dengan sungguh sungguh. Antara ketiga kekuatan itu saling kerja sama dan saling membutuhkan dalam mencapai puncak keridhoan Alloh swt.
Iman sebagai landasan Islam dan Ihsan, Islam sebagai bentuk manifestasi/tahapan Iman dan Ihsan, sedangkan Ihsan mengusahakan agar keimanan dan keislaman yang sempurna. Secara lahiriyah orang tidak dapat dikatakan Islam manakala tidak mengucapkan syahadat, ibadah shalat, zakat berpuasa ramadhan, dan menunaikan haji yang merupakan pelaksanaan Ihsan secara lahiriyah, atau kesempurnaan Islam itu sama sekali tidak berarti, jika tidak dilandasi Iman ( yakin & meyakini ) dan Islam ( membaca syahadat ). Ibadah shalat, zakat, puasa, haji dan lain lain akan menjadi berarti manakala ada Iman dan Islam, karena syarat Ihsan secara lahiriyah harus dengan Iman dan Islam, meskipun sahnya Iman dan Islam itu tidak harus dengan Ihsan.
Memang Iman dan Islam itu otonom jika dilihat dari keabsahanya, karena Iman dan Islam sudah merupakan jaminan keselamatan dunia dan ahirat.tapi dgn tanda kutip “ IMAN DAN ISLAM  yg mana dan yang bagaimana?? Iman yang benar dapat menyelamatkan dari keabadian siksa Neraka, sedangkan Islam dapat menjaga hak hidup lahiriyah yang berhubungan dengan agama dan Mu’amalah, Munakahat, Waris mewaris dan lain sebagainya/ bermasyarakat,berkeluarga dsbnya.
Tetapi Iman dan Islam itu akan menjadi kering kerontang, bahkan musnah sama sekali dari lubuk hati, dikala kita tidak bisa mengakui atas segala dosa dosa yang telah kita dilakukan, karena suatu dosa tersebut akan menyeret kita pada kekufuran, jika tidak lekas di taubati.  Oleh sebab itu sebagai Mukmin yang baik disamping beriman dan berislam, hendaklah melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan Alloh SWT dan RosulNya, secara sadar dan menyadari,
1.        Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya. (HR. Ahmad)
2.        Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai. (HR. Aththusi)
3.        Celaka orang yang banyak zikrulloh dengan lidahnya tapi bermaksiat terhadap Alloh dengan perbuatannya. (HR. Ad-Dailami)
4.        Ada tiga jenis orang yang diharamkan Alloh masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan orang yang merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya (artinya, merelakan isteri atau anak perempuannya berbuat serong atau zina). (HR. An-Nasaa'i dan Ahmad
5.        Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu. (HR. Abu Dawud)
6.         Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung), sesungguhnya itu adalah penyembelihan. (HR. Bukhari)
Kita sadar, yakin, kita adalah makhluk ciptaan Alloh SWT yang memikul amanah , memikul tugas...Karena di ciptakannya jin dan manusia Oleh Alloh SWT tiada lain adalah hanya untuk IBADAH kepada Alloh SWT.
Jikalau keimanan kita , keislaman kita ,keihsanan kita menyimpang dari Amanah yang Alloh berikan tersebut sudah pasti amal ibadah kita musnah tak ada bekasnya.

agar memperoleh Ihsan yang sebenarnya.
Ushuliddin, Fiqih Dan Tashawuf
1. Menurut ilmu Ushuliddin, Iman ialah kepercayaan membenarkan dalam hati/batin kita kepada segala apa yang disampaikan Rosululloh saw, berupa hukum perintah, larangan, berita dan janji yang termaktub dalam Al Qur’an dan Al Hadits . Terwujudnya iman dalam hati/batin kita sudah barang tentu tidak mengabaikan syarat dan rukun-rukun yang menjadikan sebab kebenaran iman itu dengan menjaga dari segala keyakinan yang merusak iman.
Menurut ilmu Ushuliddin Islam ialah kepatuhan penyerahan mengucapkan dua kalimah Syahadad serta mengetahui, mengimani dan membenarkan makna dua kalimah Syahadad. Yakni bahwa tiada Sesembahan yang patut disembah kecuali Alloh dan Nabi Muhammad saw itu utusan Alloh.nabi Uzair bin imron hamba Alloh ,Nabi Isa bin Maryam hambah Alloh, Ummi Maryam Adalah Hamba Alloh , bukan seperti tuduhan kaum yahudi nasrani dan majusi yang telah memfitnah Alloh swt dgn tuduhan punya anak & istri  NA’UDZUBILAH.
2. Menurut ilmu Fiqih, Iman ialah kepercayaan/ keyakinan membenarkan dalam hati/batin kita  kepada segala apa yang datang   dari Rosululloh sebagai landasan amal ibadah kepada Alloh, karena amal ibadah yang tidak berlandaskan iman mustahil akan menjadi sah. Sedangkan Islam menurut ilmu Fiqih adalah pekerjaan ibadah seperti Sholat, Zakat, Puasa, Haji dan lain-lain dengan memenuhi syarat dan rukun serta menjaga dari segala hal yang membatalkannya. Jadi Islam sebagai manifestasi iman yang kemudian Islam menjadi syarat keabsahan ibadah dalam fiqih.
3. Menurut ilmu Tasawuf, iman merupakan landasan pokok diterimanya ibadah kemudian Alloh memberikan nilai/pahala dengan ibadah yang dikerjakan. Dan Islam menurut Tasawuf ialah ibadah yang benar itu dapat lantaran tercapainya Ihsan yang menyebabkan ibadah tersebut memperoleh pahala. Dalam kata lain, Ihsan dapat dicapai kalau memang amal ibadah (Islam) nya itu benar dan tentunya berdasarkan  iman yang benar juga.
4. Dan Ihsan menurut ilmu Fiqih ialah perilaku ibadah secara lahir. Orang beribadah secara lahiriyah bisa dikatakan Ihsan (kebagusan). Namun ilmu Tasawuf menggariskan ibadah Ihsan itu ialah ibadah yang disertai dengan adab dan sopan santun menurut agama. Adab atau sopan santun didalam ibadah ialah melaksanakan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah) dan menjauhi sifat-sifat tercela (mazmumah) sifat-sifat terpuji dalam ibadah ialah adanya perilaku suhud, qona’ah, sabar, tawakkal, mujahadah, ridlo, syukur dan ihlas, khouf, mahabbah, kemudian khusu’. Adapun sifat-sifat tercela dalam ibadah ialah, hubbud dunia, thoma’, ithbaul hawa (mengikuti hawa nafsu) ‘ujub, riya, takabbur, hasud,iri,dengki dan sum’ah kemudian tidak khusu’.
Walhasil bahwa sesungguhnya Iman itu berarti Aqidah, Islam berarti Syari’ah dan Ihsan berarti Ahlaqul karimah. Bab iman  masuk kedalam Ushuliddin, Islam masuk kedalam Fiqih dan Ihsan masuk kedalam bab Tasawuf. Ketiganya ; Iman, Islam dan Ihsan dalam pengamalan adalah satu kesatuan yang dirumuskan menjadi tiga perkara : Syari’ah, Thoriqoh, Haqiqoh kemudian menghasilkan Ma’rifatulloh (berfikir tentang ciptaan Alloh) / tafakur,
Syari’at, Thoriqoh, Haqiqoh
adalah dari tiga kesatuan terpenting, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, kemudian Ulama’ Ahlussunah merumuskan menjadi tiga perkara, ketiganya itu merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, yaitu Syari’at, Thariqat, dan Hakikat. Ketiganya selalu berhubungan dengan masalah Ibadah dan Mu’amalah, berikut gambaranya :
1. Syari’at Ibadah. Syari’at orang yang beribadah ialah melengkapi segala syarat dan rukunya, melakukan kewajiban dan meninggalkan maksiat, yakni didalamnya mencakup Iman dan Islam, karena syarat sah dan syarat wajib dalam ibadah haruslah berlandaskan Iman dan Islam. Syari’at Mu’amalah adalah, pertanian dan perdagangan hendaknya mentaati segala aturan agama yang bersumber dari Alqur’an dan Sunnah Rosululloh saw yang telah dirumuskan sedemikian rupa oleh para Ulama’ Mujtahid dalam ilmu Fiqih.
2. Thariqat ibadah. Thariqat orang beribadah ialah bertujuan karena ridho Alloh semata, tidak karena yang lain. ( embel2 kepentingan dunia yg lain ) Sebab hanya Alloh lah yang dapat menerima atau menolak segala amal ibadah manusia. Dan Thariqat Mu’amalah ialah hasil keuntungan dari pertanian dan perdaganganya, dimanfaatkan untuk mencari Ridlo Allah semata, walaupun dari hasil yang mubah, akan tetapi jika di niati untuk berbakti kepada Alloh, semisal untuk menafkahi keluarga, biaya pendidikan, dan beramal kebaikan yang lain, niscaya tidak akan sia sia.
3. Hakikat Ibadah. Hakekat orang beribadah ialah, memandang bahwa kemampuan dirinya dan tersedianya segala sarana yang melengkapi ibadahnya itu secara hakikatnya dari kemurahan Alloh swt dan Rosululloh saw. Tanpa kekuasaan dan kehendak Alloh, tidak mungkin manusia dapat melakukan Ibadah. Sedangkan Hakikat Mu’amalah yaitu memandang bahwa keberhasilan dalam Usaha pertanian ataupun perdaganganya adalah atas Inayah dan AnugerahNYA semata. Manusia tidak ada hak wewenang memastikan keberhasilan sesuatu yang dikerjakan, dan tidak berhak pula mengakui keberhasilanya disebabkan karena usahanya belaka.
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Orang-orang bertanya kepada Rasululloh saw: Wahai Rasululloh, apakah kami akan dihukum karena perbuatan kami di masa jahiliyah? Rasululloh saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian berbuat baik di masa Islam, maka ia tidak akan dikenai hukuman karena perbuatannya di masa jahiliyah. Tetapi barang siapa yang berbuat jelek, maka ia akan dihukum karena perbuatannya di masa jahiliyah dan di masa Islam. (Shahih Muslim No.171) 


7.        Pokok segala urusan ialah Al Islam dan tiangnya adalah sholat, dan puncaknya (atapnya) adalah berjihad. (HR. Tirmidzi)
8.        Janganlah seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Alloh. (HR. Muslim)
9.        Alloh Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
10.     Tiada seorang hamba ditimpa musibah baik di atasnya maupun di bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya. Sebenarnya Alloh telah memaafkan banyak dosa-dosanya. Lalu Rasululloh membacakan ayat 30 dari surat Asy Syuura yang berbunyi : "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Mashabih Assunnah)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar